Hello Blog ! Uda lama Ga tulis sesuatu & Hari ini Gw mau sharing satu hal dari satu Buku yang gw baca yang judulnya " Power of HOPE " ditulis oleh Kak Salmon Hutasoit, beliau adalah seorang Motivator & juga seorang Pendeta hahaha :)
Nah pas baca buku ini, masuk ke Bab 2 dengan sub babnya adalah ' Kekecewaan Adalah Awal dari Penyimpangan Harapan ' Gw secara ga sengaja terpikir secara selintas dan melihat ke sekitar teman2 Gw. Banyak anak muda ketika mereka kecewa terhadap keluarga, teman, sahabat bahkan pacar mereka malah langsung memutuskan Harapannya dengan tindakan yang membahayakan mereka seperti bunuh diri dan sebagainya, padahal itu perbuatan yang salah dan semestinya tidak mereka perlu hal yang merugikan diri mereka sendiri. Sebenarnya semua yang terjadi dalam hidup ini bukan kebetulan tapi God Plans! Tuhan itu Harapan yang Benar :)
di Bab 2 ada Kesaksian Seorang Guru Musik di Australia yang belajar arti sebuah Harapan dari seorang anak berumur 11 Tahun. Guru itu bernama Bu Hondorf. Begini ceritanya : Saya mantan guru sekolah sekolah les musik Des Moineslowa. Saya mengajar piano selama lebih dari 30 tahun dan pengalaman 30 tahun membuat saya menyadari dan menyimpulkan setiap anak memiliki talenta musik yang berbeda. Itu menurut saya, bukan Tuhan. Saya melupakan kebenaran firman Tuhan bahwa hal yang benar menurut manusia, belum tentu benar menurut Tuhan. Selama 3o tahun mengajar, saya tidak pernah menolong orang walaupun telah mengajar beberapa murid berbakat sehingga mereka menjadi musisi sukses. Ini karena saya berpikir, "Kamu mendapatkan hasil dari yang kamu bayarkan" Demikian juga saya "Just take & give" ( Hanya memberi dan menerima). Akan tetapi, pengalaman saya sebagai pengajar sirna karena kisah seorang anak yang menginspirasi hidup saya pribadi. Ada seorang anak yang membuat saya pesimis mengajarnya dan saya tau anak ini masuk dalam kategori yang sangat tidak mungkin menjadi pianis. Anak ini bernama Robby, Ia berusia 11 tahun ketika ibunya memasukan ia ke les ini pertama kali ditempat saya. dan Saya mencoba menjelaskan kepada Robby, tetapi ia berkata, " Bu Hondorf, ibu saya ingin sekali mendengar permainan piano saya. Tolong terima & bimbing saya. Dan dari awal Saya yakin sudah tidak ada harapan karena Robby tidak bisa merasakan kepekaan tentang tangga nada & irama dasar. tapi Robby tetap berusaha, berusaha dengan penuh semangat! tapi Robby selalu berkata "Ibu saya akan mendengar saya bermain piano suatu hari nanti". Singkat cerita Beberapa minggu kemudian, Robby tidak pernah datang ke tempat les dan Saya pernah terpikir untuk menghubunginya, tetapi karena ketidakmampuannya, Saya tidak melakukannya. Sambil membuat pembenaran diri, saya berkata dalam hati, " Mungkin ia tidak cocok les disini jadi pindah tempat les lain" dan sebenarnya Saya senang ia tidak datang lagi karena ia akan menjadi produk yang gagal di tempar kursus saya! bahkan Pengalaman 30 tahun saya mengajar akan tercemar karena seorang anak tidak berhasil. Minggu kedepan ketika saya membagikan brosur mengenai pertunjukan musik ke murid-murid yang akan dilaksanakan ditempat kami. Hal yang membuat saya kaget adalah Robby yang juga menerima brosur itu bertanya apakah ia boleh ikut pertunjukan itu? Namun Saya menjawab pertunjukan itu buat murid yang aktif sedangkan kamu sudah keluar dari tempat les ini. Robby menjelaskan bahwa ibu nya sedang sakit sehingga tidak bisa mengantar ia les, tetapi ia harus tetap berlatih dirumah. Dengan terpaksa Bu Hondorf mengizinkan Robby bermain di pertunjukan itu! Jujur, saya sendiri tidak tau hal apa yang membuat saya mengizinkannya untuk tampi di pertunjukan itu. Entah itu karena ada kegigihan & harapannya, atau ada sesuatu yang berkata dalam hati saya bahwa ia akan baik2 saja. Malam pertunjukan itu tiba, Aula dipenuhi orang tua siswa dan para relasi saya. Saya menempatkan Robby di urutan terakhir supaya bahwa kesalahan ia buat pada akhir acara maih bisa saya tutupi dengan permainan piano saya sambil menutup acara. Singkat cerita pertunjukan berlangsung baik dan lancar. Ketika Robby naik ke atas panggung saya mulai merasa khawatir dan berasumsi bahwa ia pasti akan mengacaukan pertunjukan ini. Giliran Robby pun tiba ia menarik kursi piano dan siap memulai. Saya terkejut ketika ia mengatakan bahwa ia telah memilih memaikan " Mozart Concerto #21in C Major ". Sejujurnya, saya tidak siap mendengar karena Chord ini hanya dapat dimainkan oleh orang-orang bertalenta dan pengalaman. Beberapa saat kemudian ruangan menjadi hening dan menganga kagum akan permainan pianonya. Semua orang terpaku dengan tepuk tangan yang meriah. Dengan berlinang air mata karena terharu, saya naik ke atas panggung dan memeluk Robby dengan sukacita. Bagaimana engkau melakukannya? Melalui pengeras suara, Robby menjawab, "Bu Hondorf, apakah ibu masih ingat saya mengatakan ibu saya sedang sakit? Sebenarnya, selama ini ibu saya sakit kanker, dan ia meninggal di pagi ini. Jadi, hari inilah ia pertama kali mendengar saya bermain karena saya percaya bahwa sekarang ibu berada disurga, dan mendengarkan saya. Itulah yang memotivasi saya bermain secaha khusus. Tidak ada seorang pun yang tidak menangis malam itu. Ketika para petugas dari layanan sosial membawa Robby dari panggung ke ruang pemeliharan, saya menyadari bahwa meskipun mata saya merah dan bengkak karena tangis yang tak tertahankan, saya merasa hidup saya menjadi berarti karena mengambil Robby sebagai murid saya. Saya tidak pernah menjadi penolong bagi Robby, tetapi malam itu, sayalah orang yang ditolong Robby. Ia adalah gurunya dan sayalah muridnya karena ia telah mengajarkan saya arti Ketekunan, Kasih dan Harapan. Alasan Robby bermain adalah sederhana ia memberanikan diri untuk tampil di pertunjukan itu demi menggenapi Harapan ibunya. Kisah Robby menjadi sangat berarti bagi hidup saya karena setelah ia bermain di dalam Desert Strom, Robby terbunuh karena ada bom yang meledak itu gedung tersebut dan kronologisnya ketika Robby sedang bermain piano di gedung yang sama.
Kisah Robby ini mengajarkan Gw pribadi satu hal. Ia punya banyak kesempatan untuk kecewa tetapi ia memilih untuk tidak kecewa. Pertama, ia bisa kecewa karena Guru musiknya menganggap dia sudah tidak punya harapan karena usianya diatas 10 tahun. Kedua, ia bisa kecewa ketika Guru musiknya pesimis karena ia sama sekali tidak berbakat untuk menjadi pianis. Ketiga, ia bisa kecewa saat ibunya dipanggil Tuhan, atau saat ia harus hidup sebatang karang dan dimasukan ke panti sosial tetapi sekali lagi Robby memilih untuk tidak kecewa. ini lah yang dinamakan sebuah HARAPAN :)
Bagaimana dengan teman2 ?? Tidak ada jaminan bahwa di dalam hidup kita itu kita tidak akan ada dikecewakan oleh orang lain sekalipun bahkan di gereja, di komunitasmu, di keluarga mu atau apapun itu. Tapi yang perlu di INGAT! adalah Menjadi Kecewa atau Tidak Itu adalah PILIHAN! Kita tidak bisa menghindari dari rasa kecewa karena kita juga tidak tahu kapan kita akan dikecewakan seseorang. Kemungkinan dikecewakan selalu terjadi setiap hari sehingga setiap hari, kita dihadapkan kepada pilihan kecewa atau tidak.
Semoga Sharing ini bisa Memberkati teman2 yang membaca & juga tentunya Menginspirasi teman2 :)
God Bless!